EMBARANMEDIA.COM, FAKFAK – Jemaat Gereja Kristen Injili (GKI) Imanuel Fakfak menggelar ibadah Minggu dengan nuansa kontekstual etnik Fakfak, Minggu (27/7/2025) pukul 09.00 WIT.
Ibadah berlangsung khidmat dengan iringan musik keyboard dan lagu-lagu rohani serta Kidung Jemaat yang dinyanyikan dalam bahasa daerah Fakfak.
Ibadah dipimpin Pendeta FD. Maspaitela, S.Si, dengan mengangkat tema sentral Sinode GKI di Tanah Papua: “Persembahan Perpuluhan Membawa Berkat dan Keberhasilan”, merujuk
pada 2 Tawarikh 31:2–21.
Dalam khotbahnya, Pendeta Maspaitela mengajak jemaat merenungkan makna persepuluhan di tengah realitas hidup yang kian menantang, terutama akibat kenaikan harga kebutuhan pokok dan tingginya pengeluaran pendidikan di awal tahun ajaran baru.
“Apakah kita hidup dengan kekuatan kita sendiri, atau dengan kekuatan dari Tuhan yang memberi hidup dan berkat?” tanyanya dalam khotbah.
Ia menyinggung pergumulan banyak keluarga jemaat dalam mencukupi kebutuhan dasar sehari-hari, termasuk membayar cicilan pinjaman dan biaya sekolah anak-anak.
Dalam tekanan tersebut, sering kali muncul pertanyaan besar, “Tuhan, bagaimana mungkin aku memberi sepersepuluh dari pendapatanku, sedangkan yang 90 persen saja tidak cukup?”
Namun, menurutnya, esensi persepuluhan tidak terletak pada besar kecilnya nominal yang diberikan. Memberi, katanya, merupakan bentuk ibadah yang hidup, wujud kasih dan kepercayaan kepada Tuhan.
“Mereka yang memberi bukan karena mereka kaya, melainkan karena percaya bahwa Tuhan tetap mencukupkan,” ujarnya.
Merujuk pada kisah Raja Hizkia yang mengatur ulang sistem pelayanan umat Israel dengan menekankan kesetiaan dalam memberi sebagai bagian dari pemulihan rohani bangsa.
Lebih lanjut, Pendeta Maspaitela menekankan pentingnya pengelolaan persembahan secara transparan dan akuntabel sesuai tata gereja.
Ia menegaskan bahwa ketika umat taat dalam memberi, mereka akan menyaksikan cara Tuhan bekerja melampaui logika manusia.
“Bukan kehilangan, tapi justru membuka pintu berkat,” katanya, sambil mengutip Maleakhi 3:10 tentang janji Tuhan untuk mencurahkan berkat berkelimpahan bagi mereka yang setia memberi.
Ibadah kontekstual ini menjadi momen refleksi spiritual yang mendalam. Jemaat diajak untuk memberi dengan sukacita, bukan karena keterpaksaan, melainkan sebagai wujud cinta dan iman kepada Tuhan.
“Persepuluhan adalah bagian dari hati yang terikat pada Tuhan. Ia bukan beban, melainkan pernyataan iman,”tutupnya. (EM/PR).