EMBARANMEDIA.COM, AMBON – Masa jabatan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ambon dikabarkan telah berakhir, namun hingga kini regenerasi kepemimpinan belum juga dilakukan. Kondisi ini menuai sorotan dari kader di tingkat komisariat yang menilai mandeknya musyawarah cabang justru sarat dengan kepentingan politik menjelang Musyawarah Daerah (Musyda) DPD IMM Maluku.
Samil Rahareng, kader dari Sekretariat Komisariat IMM FKIP Universitas Pattimura (Unpatti), menyampaikan kritik tajam bahwa kepengurusan lama terkesan mempertahankan posisi bukan untuk kepentingan organisasi, melainkan untuk mengamankan suara di Musyda.
“Selama tongkat kepemimpinan tidak diserahkan, suara Cabang Ambon tetap terkendali di tangan pengurus lama. Artinya, cabang tidak lagi dijalankan untuk membangun kader, tetapi untuk mengamankan kepentingan segelintir elite,” tegas Samil.
Menurutnya, kondisi ini bukan sekadar persoalan teknis organisasi, melainkan bentuk “pembajakan” marwah IMM. Sebuah organisasi kader yang seharusnya menjadi rumah intelektual justru dipertontonkan sebagai pasar politik.
Akibatnya, kata Samil, regenerasi macet, idealisme terkikis, dan kaderisasi terhenti. “Kader di bawah hanya bisa menonton sandiwara murahan: kepengurusan yang sudah kedaluwarsa tetap dipertahankan demi kursi di DPD,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa jika praktik semacam ini dibiarkan, IMM Maluku hanya akan melahirkan generasi oportunis yang belajar bahwa jabatan bisa dipertahankan dengan alasan pragmatis, dan bahwa organisasi bisa dijalankan tanpa legitimasi yang sah.
“Cabang Ambon saat ini tidak lagi bertahan karena kebutuhan organisasi, tetapi semata-mata karena nafsu politik menjelang Musyda. Selama itu terjadi, jangan heran jika publik menilai IMM hanya sibuk pencitraan dan rebutan kursi, bukan lagi wadah perjuangan mahasiswa Muhammadiyah,” pungkasnya.
Penulis : Adli Maswain || Editor : Redaksi Embaranmedia