EMBARANMEDIA.COM, FAKFAK – Pemerintah Kabupaten Fakfak melalui Dinas Perkebunan bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan riset identifikasi jenis kelamin tanaman Pala Tomandin, komoditas khas Fakfak yang telah mengantongi sertifikasi Indikasi Geografis dan kekayaan intelektual.
Riset ini melibatkan tiga peneliti dari BRIN yang dipimpin oleh Prof. Dr. Otih Rostiana, M.Sc., Peneliti Ahli Utama. Tim peneliti melakukan pengambilan sampel di delapan lokasi tersebar di Kabupaten Fakfak. Sampel yang dikumpulkan meliputi buah pala tua, daun, serta bakal bunga jantan dan betina.
Dalam Prees Rilisnya yang berhasil diterima media ini, Rabu (28/05/2025) siang, Prof. Otih menjelaskan bahwa tantangan utama dalam budidaya pala Tomandin adalah sifatnya yang dioecious atau berumah dua—di mana pohon jantan hanya menghasilkan bunga jantan, dan pohon betina hanya menghasilkan bunga betina. Hanya pohon betina yang menghasilkan buah pala (biji dan fuli) yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Sayangnya, jenis kelamin tanaman ini tidak bisa dibedakan secara visual sejak dini, sehingga selama ini penanaman pala masih bersifat spekulatif.
“Kerja sama ini bertujuan untuk mengembangkan metode identifikasi jenis kelamin pala sejak dini, melalui pendekatan molekuler seperti analisis ukuran daun, bentuk biji, dan morfologi pohon,” ujar Prof. Otih.
Ia optimis pendekatan ilmiah ini akan membantu petani dalam menentukan jenis tanaman yang ditanam, guna meningkatkan produktivitas kebun.
Riset dilakukan melalui roadmap empat tahap, meliputi, Identifikasi, verifikasi, dan validasi penanda molekuler jenis kelamin pala, pengamatan morfologi pohon jantan dan betina, Analisis struktur perakaran dan tunas benih, serta Quality control hasil isolasi RNA dan DNA dari masing-masing pohon.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Fakfak, Widhi Asmoro Jati, ST, MT, menyatakan bahwa saat ini pihaknya tengah mengembangkan budidaya pala melalui dua metode, yaitu generatif (perbanyakan melalui biji) dan vegetatif (perbanyakan melalui metode grafting atau penyambungan) untuk mempercepat pertumbuhan dan produksi tanaman.
“Selama ini masyarakat masih berspekulasi dalam penanaman pala karena tidak bisa membedakan jenis kelamin tanaman. Hal ini memengaruhi pola tanam dan jarak antar pohon. Tak jarang, setelah bertahun-tahun ditanam, pohon yang tumbuh ternyata tidak berbuah karena jantan semua,” ungkap Widhi.
Dengan hasil riset ini, diharapkan petani dapat menanam pala dengan komposisi ideal, yakni satu pohon jantan untuk delapan hingga sepuluh pohon betina, sehingga proses penyerbukan tetap terjadi dan produktivitas buah maksimal.
Dinas Perkebunan dan BRIN optimis bahwa ke depan akan tersedia benih unggul Pala Tomandin yang diketahui jenis kelaminnya sejak dini—baik melalui biji hasil seleksi maupun metode grafting—guna menunjang pengembangan komoditas pala unggulan Kabupaten Fakfak. (EM/AZT).