EMBARANMEDIA.COM, FAKFAK – Pemerintah Kabupaten Fakfak melalui Dinas Perkebunan bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus mendorong penguatan riset dalam menentukan jenis kelamin tanaman Pala Tomandin Fakfak sejak dini.
Penelitian ini dipimpin langsung oleh Prof. Dr. Otih Rostiana, M.Sc., Peneliti Ahli Utama BRIN, yang bersama timnya turun ke lapangan untuk mengambil sampel dari berbagai lokasi di Kabupaten Fakfak.
Menurut Prof. Otih, kegiatan lapangan kali ini merupakan kunjungan kedua untuk melihat perkembangan Pala Musim Barat, dengan pengambilan sampel di beberapa titik wilayah barat, timur, selatan, dan pegunungan. Sampel yang dikumpulkan meliputi buah tua, daun, bakal bunga jantan dan betina, serta biji pala tua.
“Riset ini sangat penting karena Pala Tomandin termasuk tanaman dioecious, yaitu berumah dua artinya pohon jantan dan betina terpisah,” jelas Prof. Otih.
Ia menambahkan, riset tahun ini juga mengambil sampel dari wilayah Wartutin, Wambar, Kramongmongga, Kokas, dan Fakfak Tengah untuk memperkuat hasil penelitian sebelumnya.
Meskipun metode paling akurat untuk menentukan jenis kelamin pohon pala sejak tahap benih belum ditemukan, berbagai pendekatan terus dikembangkan, mulai dari analisis morfologi benih dan bibit, fisiologi dan biokimia, hingga anatomi dan sitologi daun.
Lebih lanjut, Prof. Otih mengungkapkan bahwa riset ini kini telah memasuki tahap validasi penanda molekuleryang akan diuji di Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP) BRIN Jakarta.
“Melalui metode molekuler, kami menargetkan dapat mengidentifikasi jenis kelamin pohon pala dengan tingkat akurasi yang tinggi,” ujarnya.
Hasil akhir atau output yang diharapkan dari riset ini antara lain informasi tentang:
- Karakteristik fenologi pohon jantan dan betina,
- Morfologi buah, biji, perakaran, dan tunas benih,
- Profil DNA asal PIT, serta
- Kandidat marka molekuler spesifik untuk jenis kelamin pala yang akan dikembangkan menjadi kit deteksi dini jenis kelamin pohon pala.
Selain untuk mendukung praktik budidaya yang lebih efisien, hasil riset ini juga ditargetkan menjadi publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi tinggi.
Sementara itu, secara morfologi telah ditemukan adanya variasi antar lokasi seperti pada bobot biji, lebar daun, dan ketebalan fuli (pembungkus biji pala).
Plt. Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Fakfak, Widhi Asmro Jati, ST, MT, menilai riset ini memiliki arti strategis bagi para petani.
“Menanam pala kini tidak bisa lagi dilakukan secara spekulatif. Karena untuk mengetahui pohon berbuah atau tidak, butuh waktu 7–9 tahun,” ujarnya.
Selama ini, para petani biasanya menduga jenis kelamin pohon berdasarkan kearifan lokal seperti ukuran daun, bentuk biji, dan postur batang namun hal tersebut belum terbukti secara ilmiah.
Dengan adanya pendekatan riset yang terukur, diharapkan proses penanaman pala betina berbuah dapat dilakukan secara lebih tepat dan efisien.
Lebih jauh, riset ini juga diyakini membawa manfaat luas, antara lain meningkatkan pemahaman ilmiah, mendorong inovasi, memperbaiki praktik pertanian, serta memberikan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang signifikan bagi masyarakat Fakfak.
Jurnalis: AZT || Editor: Redaksi Embaranmedia







