EMBARANMEDIA.COM, FAKFAK — Dewan Adat Mbaham-Matta bersama Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Kabupaten Fakfak turut memfasilitasi kegiatan pra-Gereja Maghi, atau yang dikenal sebagai Nanan Gereja Maghi, dalam rangka mendukung pembangunan gedung baru Gereja GPI Papua Eden Wagom Fakfak Papua Barat.
Kegiatan ini berlangsung di Lapangan Olahraga Eden Wagom, Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Wagom Utara, Distrik Pariwari, Kabupaten Fakfak, Senin (7/8/2025).
Hadir dalam kegiatan tersebut, Plt. Ketua LMA Fakfak Paskalis Tuturop, Wakil Ketua Frengky Rohrohmana, serta dari Dewan Adat Mbaham Matta, Sekretaris II Bidang Pemerintahan Adat Apnel Hegemur, Arhan Hobrouw, dan Sony Wagab.
Terlihat, dari pihak gereja dan panitia pembangunan, hadir Ketua Panitia Hulda Hegemur, Ketua Majelis Jemaat GPI Papua Eden Wagom Pdt. Sherly Talahatu, S.Th., serta Ketua Klasis GPI Papua Fakfak, Pdt. Hein E. Termas, M.Th., bersama sejumlah tokoh gereja dan jemaat lainnya.
Prosesi Nanan Gereja Maghi merupakan bagian dari pendekatan budaya dalam pelayanan gereja, yang dikembangkan melalui program Gereja Maghi oleh Klasis GPI Papua Fakfak (FAPWAK). Pendekatan ini bertujuan mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan adat lokal ke dalam proses pembangunan dan pelayanan rohani di tengah jemaat.
Ketua Panitia Pembangunan, Hulda Hegemur, menyampaikan bahwa pembangunan gedung baru gereja akan membutuhkan anggaran sebesar Rp8 miliar.
“Kami membuka ruang partisipasi seluruh jemaat dan masyarakat dalam mendukung pembangunan ini, yang tidak hanya bersifat fisik tetapi juga spiritual dan budaya,” ungkapnya.
Plt. Ketua LMA Fakfak, Paskalis Tuturop, menegaskan bahwa proses pembangunan gereja ini sejalan dengan nilai-nilai warisan leluhur.
“Tuhan menciptakan manusia dan alam, dan menghadirkan para leluhur yang meninggalkan nilai luhur. Maka, pembangunan ini bukan sekadar membangun gedung, tetapi juga meneruskan amanat leluhur,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Klasis GPI Papua Fakfak, Pdt. Hein E. Termas, juga menyampaikan apresiasi atas dukungan elemen adat terhadap gereja.
“Kami tidak berjalan sendiri. Kolaborasi antara gereja dan lembaga adat memperkuat pelayanan kami. Ini adalah contoh nyata bagaimana iman dan budaya dapat berjalan beriringan,” katanya.
Ia juga menjelaskan, program Gereja Maghi telah dijalankan di dua jemaat, yaitu Eden Wagom dan Eden Urkendi, dengan Eden Wagom sebagai pelaksana awal. “Hari ini adalah momen penting untuk mengawali proses secara adat, sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya lokal yang menyatu dengan pelayanan iman,” tambahnya.
Para tokoh adat dalam kegiatan tersebut juga menekankan pentingnya dukungan kolektif terhadap keberadaan gereja sebagai pusat ibadah dan pembinaan iman. Kolaborasi adat dan gereja dipandang sebagai kekuatan yang menghadirkan harmoni sosial dan keteduhan spiritual bagi masyarakat.
“Kami sadar bahwa semua ini milik Tuhan. Tapi lewat para leluhur dan adat, Tuhan juga bekerja. Maka, kehadiran LMA dan Dewan Adat adalah bentuk nyata dari dukungan Tuhan bagi gereja. Kami tidak sendiri, dan kami merasa dikuatkan,” tutup Pdt. Hein E. Termas.
Jurnalis: Ramli Rumbati
Editor : Redaksi Embaranmedia