EMBARANMEDIA.COM, FAKFAK – Pemerintah Kabupaten Fakfak melalui Dinas Perkebunan menggelar evaluasi kinerja usaha komoditas pala Tomandin. Kegiatan ini melibatkan unsur pemerintah daerah, pelaku usaha, serta instansi teknis terkait, dan difokuskan pada tiga aspek utama: produksi, pengolahan, dan pemasaran.
Evaluasi ini juga menjadi forum untuk merumuskan langkah strategis guna memperkuat tata kelola komoditas pala, sekaligus meningkatkan efektivitas sistem retribusi sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Fakfak, Drs. Donatus Nimbitkendik, MTP.
Plt. Kepala Dinas Perkebunan Fakfak, Widhi Amoro Jati, dalam laporannya mengungkapkan bahwa komoditas pala Tomandin masih menjadi tulang punggung sektor perkebunan daerah. Tahun 2024, luas lahan pala meningkat menjadi 18.659 hektare, dengan total produksi mencapai 1.632 ton.
Namun, Widhi mengakui masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Mulai dari teknik budidaya yang belum optimal, penggunaan bibit yang belum unggul, hingga praktik pemupukan dan pengendalian hama yang masih terbatas.
“Sebagian besar petani masih melakukan perawatan seadanya. Hal ini berdampak pada mutu hasil dan keberlanjutan produksi,” jelas Widhi.
Ia juga menyoroti lemahnya kualitas pasca panen, di mana mayoritas petani masih mengandalkan metode pengeringan tradisional. Proses sortasi dan pengemasan pun belum memenuhi standar pasar.
“Kita memiliki potensi 23.772 ton daging pala per tahun, tetapi baru sekitar 2 persen yang diolah menjadi produk turunan. Ini menunjukkan tantangan besar dalam aspek hilirisasi,” tambahnya.
Dari sisi pemasaran, petani dinilai masih bergantung pada pengepul tetap dengan sistem harga yang tidak transparan. Produk pala Tomandin pun belum memiliki kontrak dagang atau branding resmi. Sementara itu, kelembagaan petani masih lemah karena banyak kelompok belum berbadan hukum, sehingga sulit mengakses pendanaan dan dukungan pemerintah.
Wakil Bupati Fakfak, Drs. Donatus Nimbitkendik, dalam arahannya menegaskan pentingnya pembenahan lima aspek utama untuk mendorong pala Tomandin menembus pasar ekspor.
“Pertama, budidaya yang baik dan berkelanjutan. Kedua, proses pasca panen harus higienis dan berkualitas. Ketiga, ketersediaan sarana dan prasarana. Keempat, sistem penjualan satu pintu. Dan kelima, pengawasan yang ketat di semua lini,” tegas Donatus.
Terkait sistem retribusi, Widhi menyampaikan bahwa mekanisme yang ada saat ini perlu ditata ulang agar lebih efisien dan transparan. Salah satunya melalui digitalisasi pembayaran dan sosialisasi manfaat retribusi kepada masyarakat.
“Kami ingin dana retribusi dikembalikan dalam bentuk subsidi, pelatihan, atau infrastruktur yang langsung dirasakan oleh pelaku usaha,” ujarnya.
Ke depan, Dinas Perkebunan Fakfak akan mendorong pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) khusus komoditas pala Tomandin.
Selain itu, penguatan kemitraan antara petani, koperasi, dan pelaku usaha besar juga akan menjadi fokus utama. Pemerintah daerah turut menargetkan perluasan program Pala Unggul serta pengawasan lebih ketat agar komoditas pala Fakfak benar-benar mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.
Jurnalis: AZT || Editor: Redaksi Embaranmedia