Menu

Mode Gelap
HUT ke-21 SMPN 1 Kepulauan Manipa, Tetap Jadi Kawah Candradimuka Putra-Putri Manipa Tujuh Kelompok Lansia Meriahkan Lomba Senam Menyongsong HUT Kota Ambon ke-450 BPJS Kesehatan Papua Barat Gandeng Dinas Perkebunan Fakfak, Target 100 Persen Karyawan Perkebunan Sawit Jadi Peserta Aktif Siswa Don Bosco Berani Tanya Pejabat Soal Seragam Gratis di Tengah Karnaval Basyir Tuhepaly dan Wajah Ganda Kader IMM Maluku di Depan Senator DPD RI MTS Tahfizul Qur’an Muhammadiyah Fakfak Perdana Ikut Karnaval HUT ke-80 RI

Maluku Terkini

Basyir Tuhepaly dan Wajah Ganda Kader IMM Maluku di Depan Senator DPD RI

badge-check


					Basyir Tuhepaly dan Wajah Ganda Kader IMM Maluku di Depan Senator DPD RI Perbesar

EMBARANMEDIA.COM, MALUKU – Kedatangan Senator DPD RI Dapil Maluku, Nono Sampono, ke Ambon pada Minggu, 17 Agustus 2025, ternyata tidak hanya menjadi agenda seremonial kenegaraan. Kehadiran tokoh nasional tersebut juga memantik polemik di kalangan aktivis muda, khususnya di internal Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Maluku. Di balik agenda formal itu, tersimpan dinamika yang mencerminkan krisis integritas sebagian kader IMM.

Secara mengejutkan, pertemuan tertutup antara sejumlah kader IMM Maluku dengan Nono Sampono yang berlangsung tanpa sepengetahuan atau persetujuan organisasi secara kolektif memunculkan reaksi keras dari Basyir Tuhepaly. Ia dikenal sebagai kader IMM yang konsisten, kritis, dan ideologis. Bagi Basyir, pertemuan tersebut bukan sekadar silaturahmi, tetapi justru menggambarkan kecenderungan mengkhawatirkan: mentalitas menjilat pejabat mulai merasuki sebagian tubuh IMM Maluku.

Dalam pertemuan itu, sejumlah kader IMM disebut menyampaikan permintaan maaf dan klarifikasi atas berbagai narasi kritis yang pernah dilontarkan Basyir Tuhepaly terhadap Nono Sampono. Tindakan ini menimbulkan pertanyaan serius tentang konsistensi moral dan arah perjuangan gerakan mahasiswa di Maluku. Mengapa ada kader yang justru melunak dan berusaha “membersihkan nama” di hadapan kekuasaan?

Basyir Tuhepaly menegaskan, ia tidak menyalahkan kehadiran Nono Sampono maupun melarang dialog antara pejabat publik dan aktivis muda. Namun, yang ia soroti adalah kemunafikan kader IMM yang memanfaatkan momen tersebut demi kepentingan pribadi. Menurutnya, tindakan itu adalah bentuk kepengecutan moral sekaligus hilangnya keberanian intelektual.

Ia menyebut, silaturahmi Nono Sampono dengan kader IMM Maluku secara tidak langsung membuka ruang bagi praktik pencitraan kosong dan sikap menjilat. Basyir bahkan menyebut mereka sebagai “aktivis bermuka dua”: garang di ruang publik, tetapi jinak di hadapan pejabat. Fenomena ini mencerminkan wajah baru oportunisme yang menggerogoti nilai perjuangan mahasiswa.

Ironisnya, Basyir yang selama ini dikenal vokal mengkritik Nono Sampono di berbagai media justru bersikap lebih dewasa dan protektif terhadap martabat sang senator. Bukan karena tunduk pada kekuasaan, melainkan demi menjaga relasi antara gerakan mahasiswa dan pejabat publik tetap berlandaskan prinsip, bukan kepentingan. Ia tidak ingin sosok Nono Sampono dijadikan alat legitimasi oleh segelintir aktivis yang haus posisi.

Pertanyaannya, mengapa justru Basyir yang bersikap protektif terhadap Nono Sampono, sementara kader IMM lainnya sibuk mencari muka?

Jawabannya sederhana: Basyir memahami bahwa kritik yang sehat tidak membutuhkan permintaan maaf, dan dialog tidak boleh dibayar dengan harga diri. Baginya, menjaga integritas jauh lebih penting daripada menjalin kedekatan semu. Ia memilih tetap kritis, tetapi elegan—berseberangan secara intelektual tanpa menggadaikan moral.

Fenomena ini harus menjadi catatan serius bagi IMM Maluku, bahkan bagi gerakan mahasiswa secara luas. Ketika kader-kader mulai menukar prinsip dengan akses, mengganti keberanian dengan kenyamanan, maka di situlah ruh gerakan mulai mati.

IMM tidak boleh menjadi organisasi yang hanya menghasilkan kader lihai memainkan peran ganda. IMM harus kembali menjadi ruang lahirnya pemimpin yang jujur, kritis, dan tidak tergoda oleh gemerlap kekuasaan. Dalam kasus ini, Basyir Tuhepaly bukan sekadar sosok yang berbeda pandangan, tetapi menjadi cermin bagaimana seorang kader mampu menjaga harga diri gerakan di tengah badai pragmatisme.

Penulis : Adli Maswain || Editor : Redaksi Embaranmedia

Baca Lainnya

HUT ke-21 SMPN 1 Kepulauan Manipa, Tetap Jadi Kawah Candradimuka Putra-Putri Manipa

20 Agustus 2025 - 20:51

Tujuh Kelompok Lansia Meriahkan Lomba Senam Menyongsong HUT Kota Ambon ke-450

20 Agustus 2025 - 20:27

BPJS Kesehatan Papua Barat Gandeng Dinas Perkebunan Fakfak, Target 100 Persen Karyawan Perkebunan Sawit Jadi Peserta Aktif

20 Agustus 2025 - 19:54

Siswa Don Bosco Berani Tanya Pejabat Soal Seragam Gratis di Tengah Karnaval

20 Agustus 2025 - 07:42

MTS Tahfizul Qur’an Muhammadiyah Fakfak Perdana Ikut Karnaval HUT ke-80 RI

19 Agustus 2025 - 16:58

Trending di Berita
WhatsApp
error:

https://elearning.bnn.go.id/

https://sibatam.bnn.go.id/data/

https://rumahrapi.co.id/

https://rumahrapi.co.id/slot%20gacor

https://embaranmedia.com/data/

https://dmagroups.com/sources/

http://hoangdinhthai.edu.vn/includes/?miền=bet88

http://www.thuenhavesinhluudong.com/includes/?miền=bet88

https://thucduongthienan.com/includes/?miền=bet88

https://ijrps.com/int/

https://drmgrpharmacy.ac.in/temp/

PG99

PG99

PG99

PG99

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

Slot Gacor