EMBARANMEDIA.COM, FAKFAK – Akses langsung transportasi laut menuju ibu kota Provinsi Papua Barat, Manokwari, dan ibu kota Provinsi Papua, Jayapura, saat ini masih sangat terbatas. Kondisi ini menimbulkan keluhan dari warga Kabupaten Fakfak yang merasa sulit menjangkau kedua kota tersebut.
Naima, seorang warga Fakfak yang ditemui awak media pada Rabu (25/6/2025), mengungkapkan kesulitan yang dialaminya sebagai bagian dari masyarakat kelas bawah. Ia menyatakan bahwa biaya transportasi udara terlalu mahal dan tidak terjangkau bagi kebanyakan warga seperti dirinya.
“Kami ini orang susah, tidak mungkin mau ke Manokwari pulang pergi selalu naik pesawat. Oleh karena itu, kami sangat berharap ada akses kapal laut langsung ke Manokwari,” keluh Naima.
Lebih lanjut, Naima merasa terisolasi di daerahnya karena keterbatasan pilihan transportasi untuk menuju Manokwari dan Jayapura. Padahal, menurutnya, kedua kota itu masih berada dalam wilayah Papua, dan akses antarwilayah sesama Papua seharusnya lebih mudah.
“Kalau lihat orang dari luar Papua, mereka mudah sekali aksesnya ke Fakfak. Namun, kami yang sesama orang Papua justru kesulitan bepergian ke daerah lain di Papua,” tambahnya.
Memasuki masa libur panjang sekolah, sejumlah orang tua dan anak-anak yang hendak berlibur atau kembali ke kota studi seperti Jayapura dan Manokwari kembali menghadapi tantangan serupa. Mereka terpaksa menyesuaikan jadwal kapal dan pesawat yang tidak ideal dan kerap membuat perjalanan terlambat serta biaya membengkak.
“Anak-anak sekolah yang sedang mengurus studi di berbagai kota di Papua sering terlambat dan menghadapi biaya tinggi karena sulitnya transportasi laut. Semua harus lewat Sorong dulu, dan harus menyesuaikan jadwal kapal maupun pesawat,” tambahnya.
Keluhan serupa juga datang dari Edward, salah seorang pengguna setia jasa Kapal Pelni di Fakfak. Ia menilai akses transportasi laut antar kota di Tanah Papua sangat terbatas dan menyulitkan warga Fakfak.
“Kami merasa sangat menderita kalau mau ke Jayapura, dan sebaliknya dari Jayapura ke Fakfak juga susah. Dari Jayapura, kapal Pelni hanya sampai Sorong. Dari Sorong, kapal hanya lancar ke Kalabia dan Sanus, dan sering tidak terkoneksi dengan jadwal kapal dari Jayapura,” ujar Edward.
Karena itu, Edward sering kali harus menunggu kapal berhari-hari di Sorong hanya untuk bisa melanjutkan perjalanan ke Fakfak. Ia pun berharap agar DPRD dan pemerintah daerah dapat memperhatikan kondisi ini.
“Tolong pedulikan kami, karena tidak semua orang mampu naik pesawat dengan biaya tinggi. Kami butuh pilihan transportasi yang sesuai dengan kemampuan,” harapnya.
Edward juga menyinggung kemungkinan bahwa tidak adanya rute Kapal Pelni langsung ke Manokwari dan Jayapura dari Fakfak saat ini menjadi strategi agar masyarakat lebih memilih transportasi udara, sehingga Bandar Udara Siboru yang jaraknya jauh dari pusat kota terlihat ramai.
“Jangan sampai masyarakat berpikiran negatif. Kami mohon agar kapal seperti KM Nggapulu atau kapal lain yang dulu melayani rute Fakfak–Jayapura secara langsung bisa dikembalikan, agar masyarakat memiliki pilihan transportasi yang sesuai dengan kemampuan masing-masing,” pungkasnya.
Jurnalis: AZT || Editor: Redaksi Embaranmedia