Menu

Mode Gelap
Kemenag Launching Tanam 1 Juta Pohon Matoa, Pemkab Fakfak Dukung Penuh Gerakan Penghijauan Bupati Samaun Temui Para Casis Polri Asal Fakfak, Beri Pesan Ini Mensesneg Prasetyo Bantah Adanya Matahari Kembar Persoalan Honorer Non Data Base di Fakfak, Samad Rumalolas Minta Pemda Segera Cari Solusi Kapolda Papua Barat Pimpin Apel Gelar Pasukan Operasi AB Moskona 2025 di Mapolres Teluk Bintuni Polda Papua Barat Gelar Apel Serpas Pencarian Tahap III Iptu Tomi Samuel Marbun, 510 Personel Dilibatkan

Opini

Kepemimpinan Transformasional

badge-check


					Kepemimpinan Transformasional Perbesar

Oleh: Nen Fakfak Barat

Tokoh Pemuda Fakfak

PENDAHULUAN

Kepemimpinan adalah proses mengarahkan  dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan terhadap para anggota kelompok dalam sebuah sistem atau organisasi. Sedangkan Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. 

Menurut Stoner semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin,akan makin besar potensi kepemimpinan yang efektif.Setiap pemimpin dipilih dengan harapan karena dianggap memiliki visi dan misi yang jelas, dan sebaiknya seseorang sulit untuk menjadi pemimpin jika ia dianggap tidak memiliki visi dan misi yang jelas. Kejelasan visi dan Misi mampu memberi arah bagi kelanjutan suatu organisasi dimasa yang akan datang.

Salah satu model kepemimpinan  yang diperdiksi mampu mendorong terciptanya efektifitas adalah kepemimpinan transformasional. Jenis kepemimpinan ini menggambarkan adanya tingkat kemampuan pemimpin untuk mengubah mentalitas dan perilaku pengikut menjadi lebih baik dengan cara menunjukkan dan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang kelihatan mustahil.

Konsep kepemimpinan ini menawarkan perspektif perubahan pada keseluruhan institusi pendidikan, sehingga pengikut menyadari eksistensinya untuk membangun institusi yang siap menyongsong perubahan bahkan menciptakan perubahan.

PEMBAHASAN

Gaya kepemimpinan transformasional, menurut Indeed, adalah cara seorang pemimpin memotivasi dan memberdayakan orang-orang di bawah tanggung jawabnya untuk bekerja sama mewujudkan visi organisasi. Semua itu dicapainya tanpa micromanaging. Seorang pemimpin transformasional justru memberikan anggotanya ruang lebih untuk mengasah berbagai skill yang mereka perlukan di tempat kerja. Keleluasaan tersebut memungkinkan mereka menjadi lebih kreatif berinovasi menemukan solusi baru untuk masalah lama, serta mampu melihat ke masa depan.

Lewat tempaan kepemimpinan transformasional, anggota menunjukkan tingkat kepuasan kerja dan komitmen yang tinggi. Mereka juga cenderung memiliki cara pandang baru dan sense of belonging yang lebih kuat. Pada akhirnya, upaya transformasi ini memungkinkan pemimpin menciptakan budaya dan lingkungan kerja yang sehat, efektif, serta efisien bagi semua.

Ciri-Ciri Gaya Kepemimpinan Transformasional (Study Kasus : Kepemimpinan B.J. Habibie)
Melansir Very Well Mind, seorang peneliti bernama Bernard M. Bass pada tahun 1985 merumuskan empat elemen utama yang harus dimiliki sosok dengan gaya kepemimpinan transformasional. Elemen-elemen tersebut adalah:

1. Stimulasi intelektual (intellectual stimulation)

Kondisi yang stagnan adalah musuh nomor satu bagi pemimpin transformasional. Mereka selalu berusaha mengubah pemikiran, teknik, dan target usang yang selama ini masih dipertahankan bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih berfaedah dan demi kebaikan bersama yang lebih besar. BJ Habibie dapat melihat peluang tersebut dan berani mengambil langkah yang jauh berbeda dengan pemerintahan Soeharto sebelumnya. Momentum yang tepat membuatnya berani mengambil langkah demokrasi sebagai landasan pemerintahannya. Hal tersebut ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers yang menjadi pembuka bagi masyarakat untuk bersuara dan memberikan kritik. Selain itu, ia juga melakukan perubahan terkait penghapusan dwi fungsi ABRI, pemisahan antara TNI dan POLRI, serta pembatasan kekuasaan presiden. Pada masa pemerintahannya, dikeluarkan Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden yang maksimal hanya dua kali periode (Supriatma, 2020).

BJ Habibie juga melakukan berbagai inovasi dalam perbaikan ekonomi. Pada masa pemerintahannya, nilai rupiah berada dalam titik terlemah sepanjang sejarah yakni mencapai Rp 16.800/US$ pada 1 Juni 1998. BJ Habibie langsung bergerak membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan unit Pengelola Aset Negara, melikuidasi bank yang bermasalah, meyakinkan pasar global, dan menjinakkan tekanan atas rupiah meski tanpa dukungan intervensi Bank Indonesia-yang kala itu belum memiliki kewenangan stabilisasi rupiah. Atas berbagai upayanya, nilai rupiah perlahan kembali naik bahkan hingga mencapai nilai terkuatnya sepanjang sejarah, yakni Rp 6.550/US$ AS pada 28 Juni 1999 (Saragih, 2019).

2. Konsiderasi individual (individualized consideration)

Seorang leader dengan gaya kepemimpinan transformasional mampu memahami perbedaan individual para bawahannya. Pasalnya, setiap manusia adalah individu yang unik. Salah satu caranya untuk bisa memahami setiap orang adalah dengan mendengarkan. Pemimpin yang baik bisa menjaga jalur komunikasi tetap terbuka sehingga anggotanya merasa bebas untuk berbagi ide sampai saran dan kritik. Dengan komunikasi dua arah pula, pemimpin dapat secara langsung memberikan dukungan atau apresiasi terhadap prestasi dan pertumbuhan anggotanya. Mereka juga bisa secara langsung memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan masing-masing individu.

BJ Habibie dikenal sebagai Bapak Demokrasi Indonesia. Selain membuat Undang-Undang kebebasan pers dan pembatasan kekuasaan presiden, ia juga membentuk tiga UU yang bersifat demokratis, yaitu UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik, UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu, dan UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan DPR/MPR. Serta membentuk lembaga independen yang salah satunya adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan berhasil menjalankan Pemilihan Umum multipartai pada 1999.

Pemilu tersebut diikuti oleh 48 partai politik dengan asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil (Dewi, 2019). Selain itu, BJ Habibie juga memperhatikan keterwakilan rakyat daerah dalam pemerintahan. Ia menetapkan asas desentralisasi dengan otonomi daerah seluas-luasnya. Hal tersebut tertera dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. UU tersebut akhirnya berhasil meredakan gejolak disintegrasi yang sebelumnya sempat pecah di Indonesia (Utami, 2021).

Prinsip demokrasinya juga digunakan pada pengambilan keputusan terkait masalah Timor Leste. Dalam menyelesaikan masalah tersebut, BJ Habibie lebih memilih untuk meminta pendapat rakyat dengan melakukan referendum. Referendum tersebut menghasilkan suara bulat (78,50%) rakyat Timor Timur memilih untuk berpisah dari Indonesia. Hanya 21,50% yang menghendaki otonomi khusus di bawah Indonesia.

3. Motivasi inspirasional (inspirational motivation)

Pemimpin transformasional memiliki visi yang jelas dan dapat dikomunikasikan kepada setiap bawahannya. Ketika setiap orang di kantor memiliki pandangan yang seragam, akan lebih mudah bagi mereka bekerja sama mewujudkannya jadi nyata. Dalam prosesnya, sosok dengan gaya kepemimpinan transformasional cenderung berperan sebagai mentor atau coach untuk mendampingi.

Kecerdasan dan sisi cendekiawan BJ Habibie membuat masyarakat kagum akan dirinya. Ia merupakan teknokrat yang memiliki banyak gagasan inovatif yang berguna untuk perbaikan bangsa. Ia juga merupakan role model yang baik bagi masyarakat karena pada masa kepemimpinannya ia tidak serakah dan tidak hanya mementingkan sisi politik semata tetapi lebih kepada kepentingan bersama yang bermanfaat bagi rakyat. Sikap demokratis yang mementingkan suara rakyat juga turut membuatnya dipandang sebagai sosok yang istimewa dan dekat dengan masyarakat. Hal tersebut juga diimbangi dengan ketegasannya dalam memimpin dan mengambil keputusan. Berbagai keistimewaan yang dimiliki ditambah dengan gagasannya yang memang pro terhadap rakyat membuat masyarakat mendukung dan mengikuti perintahnya. Masyarakat merasa bahwa BJ Habibie merupakan sosok yang memiliki kemampuan dan dapat membawa masyarakat pada keadaan yang lebih baik. Kepercayaan masyarakat juga semakin diperkuat dengan bukti nyata atas perubahan yang telah ia berikan bagi Indonesia.

4. Idealisasi pengaruh (idealized influence)

Seorang pemimpin transformasional berfokus membangun budaya perusahaan di mana setiap orang di dalamnya mau bekerja gotong royong untuk kebaikan bersama. Di sisi lain, ia tahu bahwa pemimpin adalah sosok panutan. Maka, pemimpin harus mencontohkan standar moral yang sama dalam organisasi agar setiap orang di dalamnya berpandangan selaras. Lewat upaya coaching dan mentoring, bawahan dapat meniru perilaku dan etos kerja serta menyerap nilai-nilai serta prinsip yang dimiliki pemimpin melalui berbagai kesempatan pengembangan diri. Dengan begitu, pemimpin akan menularkan passion-nya kepada seluruh bawahan. Setiap orang di kantor pun dapat berempati dengan visi pemimpin.

BJ Habibie merupakan sosok pemimpin yang patut dijadikan contoh bagi pemimpin masa kini. Kepribadiannya yang demokratis dan pemikirannya yang cemerlang mampu mengantarkan masyarakat Indonesia pada pintu demokrasi. Kerja kerasnya selama memimpin juga membuktikan bahwa kita dapat mengubah masyarakat menjadi lebih baik bahkan ketika dalam kondisi terburuk, tergantung dengan niat dan tekad yang dimiliki oleh pemimpin.

PENUTUP

B.J Habibie merupakan sosok yang sangat layak dijadikan contoh dan bukti bahwa pola kepemimpinan Transformasional merupakan tipe yang perlu diterapkan dalam suatu organisasi termasuk pada stuktur Pemerintahan. Masih banyak pula Figure yang dapat dijadikan sebagai panutan. Bermanfaat sebagai manusia untuk manusia lainnya dan lingkungan tempat kita berada serta menjadi Pribadi yang tidak cepat puas dengan satu cara pendekatan atau solusi. Jangan takut mengeksplorasi dan bereksperimen.

Selalu cari peluang untuk memperbaiki suatu hal, karena ada kalanya perubahan itu diperlukan. Namun, semua perubahan harus dilakukan dengan memperhatikan kepentingan tim atau organisasi. Berani bertanggung jawab. Upaya mengubah keadaan menjadi lebih baik perlu diseimbangi dengan kesanggupan pemimpin untuk membuat pertanggungjawaban pribadi atas pekerjaan yang mereka dan tim capai.

Hargai setiap ide maupun gagasan yang dilontarkan rekan-rekan kerjamu. Jika seseorang memiliki ide inovatif yang memiliki peluang sukses tinggi, ini harus dijadikan prioritas untuk diwujudkan ketimbang cara-cara lama yang mungkin sudah tidak efektif.

Pada Hakikanya Setiap Manusia dilahirkan sebagai pemimpin di Muka Bumi dimulai dari memimpin diri sendiri. {**}

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Persoalan Honorer Non Data Base di Fakfak, Samad Rumalolas Minta Pemda Segera Cari Solusi

22 April 2025 - 10:03

Samad Rumalolas Soroti Marak Terjadi Kenakalan Pelajar di Fakfak: Minta Pemda Fakfak Efektifkan Perda Miras

19 April 2025 - 13:17

Akademisi Soroti Optimalisasi Fasilitas Transportasi di Bandara Siboru: Minta Peran Serius Pemda Fakfak

15 April 2025 - 10:28

Militer Islam Penjaga Agama, Negara, dan Umat

23 Maret 2025 - 14:27

Krisis Moral Guru dalam Sistem Sekuler, Urgensi Solusi Islam

20 Maret 2025 - 09:37

Trending di Opini
WhatsApp
error: